UMAT ISLAM WAJIB MENGUASAI MATEMATIKA
- Karl Friedrich Gauss :
“Matematika adalah ratunya ilmu, Aritmetika adalah ratunya Matematika.”
- Malcolm X :
“Matematika adalah hidup, dan hidup adalah Matematika. ”
Dalam kehidupan sehari-hari di masa kini, hampir tidak ada bidang yang tidak menggunakan Matematika. Bahkan dalam praktik keagamaan sekalipun, Umat Islam sudah dikenalkan dan dituntut untuk memahami Matematika. Dalam ibadah Shalatnya, Umat Islam sudah dikenalkan dengan konsep Matematika misalnya, 5 waktu Shalat wajib, 17 rakaat, shalat jama’ah dengan pahala 27 derajat. Pun demikian dengan faraidh yang hukumnya fardhu kifayah, minimal satu dari setiap mukmin yang tinggal di sebuah tempat (mukim) wajib menguasai ilmu tersebut, dan tentu saja ilmu faraidh yang menggunakan konsep bilangan pecahan tersebut membutuhkan matematika sebagai pemecahan masalahnya. Oleh karena itu, Umat Islam dituntut untuk memahami konsep bilangan pecahan dan operasinya.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup Umat Islampun banyak mengenalkan konsep bilangan melalui nomor surat, jumlah Ayat dan melalui kandungan isinya dan masih banyak lagi konten ibadah yang memiliki konsep Matematika di dalamnya. Namun fakta yang ada masih banyak Umat Islam bersikap cuek terhadap urgensi dalam mempelajari Matematika.
Umat Islam harus mengetahui bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dengan Matematika, Allah adalah Ahli hitung (Matematika) yang Maha Cepat dalam menghitung, Al-Qur’anpun banyak berbicara tentang Matematika, Nabi Muhammad juga bisa Matematika bahkan Islam pada zaman pertengahan pernah jaya karena kemajuan ilmu dalam bidang Matematika dan Filsafatnya. Maka, sekarang Umat Islampun harusnya mau mempelajari dan menguasai ilmu Matematika.
ALLAH MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA DENGAN MATEMATIKA
- Al-Furqan, Ayat 2 :
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
Artinya :
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
Jika kita memperhatikan tata surya kita, maka kita akan menemukan banyak konsep Matematika di dalamnya. Matahari, Bumi, Bulan serta planet-planet lainnya berbentuk Bola, perhatikan juga lintasan bumi yang mengelilingi Matahari, serta lintasan-lintasan planet lainnya yang beredar dengan bentuknya yang Ellips dan begitu teraturnya sehingga menghasilkan periode evolusi yang sesuai seakan-akan mereka diukur dan diatur sebegitu rapinya.
Pada sekitar tahun 1200 Masehi, seorang ilmuwan besar bernama Galileo Galillei pernah mengatakan “mathematics is the language with wich God created the universe”, matematika adalah bahasa yang yang digunakan oleh Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini. Pun demikian dengan seorang ilmuwan besar pencetus teori Big Bang, Stephen Hawking mengatakan hal yang senada dengan Galileo, yaitu “Tuhanlah yang menciptakan alam semesta dengan bahasa itu (bahasa matematika)”. Pernyataan-pernyataan tersebut keluar setelah mereka benar-benar mentadabburi alam semesta ini pada titik puncak (klimaks) terhadap ilmu mereka.
Begitu juga dengan pernyataan dari ilmuwan hebat yang pernah ada di Abad modern ini, Albert Einstein setelah mengamati dan menemukan keteraturan, kecermatan, kerapian dan ketelitian aturan-aturan atau hukum-hukum dalam alam semesta mengatakan bahwa “Tuhan tidak sedang bermain dadu”. Tuhan tidak sedang main-main, tidak sedang melakukan percobaan dalam menciptakan alam semesta ini. Ungkapan Einstein ini sudah tersirat dengan jelas dalam Al-Qur’an jauh sekitar 1200 tahun sebelumnya.
- Al-Anbiya, Ayat 16 :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
Artinya :
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.”
- Ad-Dukhan, Ayat 38 :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
Artinya :
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.”
ALLAH, SANG AHLI MATEMATIKA
- An-Nur, Ayat 39 :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya :
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.
- Ali-Imran, Ayat 199 :
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya :
“Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.”
- Al-Baqarah, Ayat 202 :
أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya :
“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
- Ar-Ra’ad, Ayat 41 :
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا وَاللَّهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya :
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya.”
Matematika adalah ilmu menghitung (al-hisab), dalam urusan hitung-menghitung Allahlah ahlinya. Allah SWTsangat cepat dalam perhitungan-Nya sebagaimana yang telah disebutkan pada ayat-ayat-Nya di atas. Disebutkan bahwa untuk urusan menghitung Allah adalah yang paling teliti dan cepat. Lalu, siapa yang dapat menghitung dengan cepat kalau bukan ahli matematika? Siapa yang dapat menentukan ukuran-ukuran dan hukum-hukum jagad raya dengan begitu telitinya kalau bukan ahli matematika? Jawabannya hanya satu “Allah SWT.”
Allah SWT adalah serba maha tak terkecuali dalam hal menghitung (matematika), lalu mengapa umat Islam terkesan banyak yang phobia dengan matematika. Bagaimana kita bias lebih yakin kepada Islam jika matematika sebagai bahasa yang digunakan oleh Allah untuk menciptakan alam semesta ini tidak kita pelajari sebaik mungkin, oleh karena itu umat Islam wajib menguasai matematika.
MATEMATIKA DI DALAM AL-QUR’AN
- Al-Qamar Ayat 49 :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَر
Artinya :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut Qadr (ukuran)”.
Qadr secara bahasa matematik dapat diartikan sebagai aturan, rumus atau formula. Jadi, menurut ayat tersebut segala sesuatu di alam semesta ini ada aturannya, ada rumusnya dan ada formulanya yang sangat begitu rapi dan seimbangnya.
- Al-Mulk Ayat 3 :
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
Artinya :
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang di dalamnya juga banyak terdapat materi Matematikanya. Al-Qur’an berbicara tentang konsep bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran serta statistika.
Dalam Al-Qur’an disebutkan 30 bilangan asli dan 8 bilangan pecahan. Al-Qur’an berbicara aljabar, yakni relasi dan operasi bilangan, relasi bilangan meliputi relasi lebih dari (fauqaatau aktsara), kurang dari (adna) dan lebih dari sama dengan. Operasi bilangan dalam Al-Qur’an meliputi penjumlahan, pengurangan dan pembagian, operasi perkalian disebutkan secara tersirat sebagai penjumlahan berulang. Al-Qur’an berbicara mengenai geometri dan pengukuran, yakni mengenai ukuran waktu, panjang, luas, massa dan kecepatan. Al-Qur’an juga berbicara mengenai statistika, yakni mengenai pengumpulan data, pengolahan data dan penarikan kesimpulan. Amal semua manusia dicatat dan dikumpulkan dalam database yang super canggih yang bernama lauh mahfudz, lalu diolah melalui neraca timbangan yang disebut mizan, dan kemudian disimpulkan apakah masuk surge dan neraka.
Selain itu ada indikasi bahwa matematika digunakan oleh Allah SWT untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Keajaiban Al-Qur’an dari sisi matematika telah banyak diteliti oleh matematikawan Muslim moderen, misalnya Rashad Khalifa yang menemukan keajaiban bilangan 19 pada Tahun 1975-an dan Abd Da’im al-kahil yang menemukan keajaiban bilangan 7. Abah Salma Alif Sampayya mencoba melihat keseimbangan matematika dalam Al-Qur’an. Iskandar Soemabrata mencoba menganalisis Al-Qur’an secara numerik. Abdurrazaq Naufal menganalisis keseimbangan statistika kata-kata dalam Al-Qur’an. Fahmi Basya yang mencoba memahami Al-Qur’an dengan simbol-simbol. Serta masih banyak lagi kajian mengenai komposisi matematika dalam Al-Qur’an yang tentunya memerlukan pemahaman yang memadai tentang matematika dan Al-Qur’an itu sendiri.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah jika kitab sucinya sendiri (Al-Qur’an) banyak berbicara Matematika sedemikian luasnya, mengapa umat Islam justeru seakan-akan membenci Matematika? Bagaimanakah umat Islam dapat memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dengan sempurna (khususnya tentang faraidh)kalau tidak memahami Matematika.
NABI MUHAMMADPUN BISA MATEMATIKA
Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang dikenal dengan sifat-sifat Shiddiq (terpercaya), amanah (amanat), tabligh (menyampaikan) dan fathanah (cerdas). Kecerdasan yang dimiliki oleh Rasulullah SAW meliputi berbagai macam aspek seperti kepemimpinan (leadership), manajerial dan tak terkecuali kecerdasan matematis sekalipun pada zaman beliau tidak pernah di ajarkan matematika secara formal.
Sebagai salah satu contoh bahwa Rasulullah bias matematika adalah dengan adanya pernyataan beliau pada hadistnya yang berbunyi “Sholat yang dicintai Allah adalah shalat Nabi Daud. Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud. Dia tidur setengah malam dan bangun sholat sepertiga mala, kemudian tidur pada pada seperenam malamnya. Dia puasa sehari dan tidak puasa sehari”.
Coba kita analisa hadis tersebut, semalam itu mempunyai satuan satu, maka Rasulullah telah menyiratkan, 1/2 + 1/3 + 1/6 = 1. Artinya, Rasulullah telah bisa memahami konsep operasi (penjumlahan) pecahan pada zamannya dengan tepat.
Begitu juga dengan hadis beliau yang menyatakan “Tidak ada wadah yang dipenuhkan oleh anak Adam (manusia) yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Memadailah untuk manusia itu, beberapa suap kecil-kecil yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Kalau memang mesti berbuat (lebih dari itu), maka (isilah perut itu) sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minuman dan sepertiganya untuk nafasnya”. (1/3+1/3+1/3 =1).
SUMBANGAN MATEMATIKAWAN MUSLIM UNTUK DUNIA
- JJ O’conner dan EF Robertson (MacTutor History of Matematics) :
“Kami (barat) berutang terhadap matematia Islam”.
Matematika adalah warisan peradaban Islam yang sangat penting, disamping kedokteran, astronomi, oftik, tekhnologi mesin, sejarah dan ilmu-ilmu keagamaan, yang justru dizaman modern kini umat Islam ketinggalan, memang suatu ironi.
Matematika di era kejayaan peradaban Islam masa lampau merupakan kajian yang sangat penting. Hampir semua pemikir besar tempo dulu memiliki basic yang sangat kuat dalam bidang ini. Bahkan penemuan-penemuan dalam bidang ini sangat mengagumkan.Tetapi seiring waktu, dan seiring dengan penurunan peradaban Islam, maka peminat kajian ilmu matematika sangat jarang, dan umat terjebak pada dogmatisme tahayulisme, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan bangsa yang tertinggal, yaitu dogmatisme yang tidak berdasar ilmu, mengikuti tradisi-tradisi nenek moyang yang tidak berdasar, yang terjajah selama ratusan tahun.Ahli matematika dalam peradaban islam biasanya juga ahli dalam ilmu-ilmu lainnya, termasuk ilmu keagamaan. Dan biasanya ahli matematika dalam peradaban islam juga merupakan ahli dalam astronomi, karena itu astronomi dan matematika merupakan kajian dan profesi yang menyatu. Karena itu biasanya ahli matematika adalah ahli dalam astronomi juga.Diantara intelektual yang berpengaruh dalam bidang ini (matematika) dalam peradaban islam klasik, antara lain:
- Al Khwarizmi:
Perintis matematika muslim dan orang yang sangat pantas disebut sebagai bapak aljabar modern. Nama aslinya adalah Muhammad ibn Musa al Khwarizmi. Ia berasal dari Khwarizm (Khiva). Kadang orang keliru dalam menafsirkan suatu hasil hasil karya peradaban modern, yang selalu dianggap berasal dari barat. Jika kita menelusuri kata Aljabar itu berasal dari karya (buku tulisan karya) Al Khwarizmi yang bernama Hisab al jabir wal mukabalah (yang berarti pengutuhan kembali dan perbandingan atau yang kerennya dalam istilah sekarang Kalkulasi integral & persamaan).
Bahkan istilah Alghorisme yang berarti sistem persepuluhan , merupakan ucapan orang barat terhadap nama Alkhwarizmi, karena alkwarizmi dianggap sebagai penemu dan pengembang sistem persepuluhan, dan dia dianggap sebagai penemu angka nol.
Salah satu karya alkhwarizmi yang terpenting adalah dialah yang menciptakan sistem aljabar. Penemuannya terhadap simbol-simbol bilangan 1 sampai dengan 9, dan angka nol (yang kemudian disebut sistem alghorisme) mampu memecahkan kesulitan-kesulitan simbolisasi yang masih menggunakan angka romawi. Suatu misal, jika hanya untuk bilangan angka 8, dalam angka romawi sama dengan VIII, jika angka 38 maka angka romawinya XXXVIII, maka orang akan kesulitan menggunakan angka romawi jika sudah jutaan.
Matematika yang dikembangkan dibarat sebelumnya adalah matematika Yunani yang kemudian dikembangkan oleh Romawi. Matematika Yunani adalah matematika murni, matematika untuk matematika, yang steril terhadap keperluan. Dalam penulisan bilangan mereka menggunakan huruf, dan tiap huruf melambangkan bilangan dan masih belum mengenal bilangan nol. Jadi matematika Yunani bersifat deduktif, penekanannya dilakukan dengan pembuktian yang bertingkat-tingkat, dimulai dari aksioma, postulat dan teorema.
- Abu Wafa al Bawzajani (w. 998 M)
Salah seorang ahli matematika muslim terbesar.. Ia dikenal sebagai ahli astronomi dan pengembang trigonometri (ilmu ukur sudut), dan orang yang pertama yang mengajukan beberapa rumus penting dalam trigonometri. Salah satu rumus yang didedikasikan kepadanya adalah Cos C= Cos a.cos b.
- Abu Kamil Syuja (abad 10 M)
Salah seorang ahli matematika muslim terbesar di abad pertengahan. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupannya, tetapi ia hidup setelah era Al Khwarizmi. Melalui Leonard dari Pisa dan pengikut-pengikutnya, ia telah memberi pengaruh besar terhadap perkembangan aljabar dan geometri di Eropa.
- Al Jauhary (abad 9 M)
Seorang ahli matematika pada abad ke-9 M, seorang ahli geometer yang bekerja di Bayt al Hikmah (House of Wisdom), suatu lembaga ilmu pengetahuan yang dibangun Khalifah Al Ma’mun dari dinasti Abbasiyah di baghdad.
- Al Khuyandi ( w. 390 H/ 1000 M)
Seorang ahli astronomi dan matematika, terutama geometri. Ia dikenal sebagai ahli kontruksi asturlab. Ia juga termasuk penemu handal sinus yang diistilahkan kaidah astronomis.
Dalam bidang geometri perhatiannya mengarah pada resolusi atau penggunaan persamaan berpangkat tiga.
Albiruni saintis besar muslim menyanjung Al Khuyandi sebagai cendekiawan ahwaz Zamanihi (tiada bandinganya dizamannya). Sedang Al Thusi menegaskan bahwa Abu Wahfa, Ibn Irak dan al Khuyandi merupakan 3 penulis besar ang memiliki peran besar dalam penemuan kaidah sinus atau kaidah astronomis.
Teori matematika Al Khuyandi mengilhami teori Fermat (Fermat’s last theorm) yang dilontarkan Piere de Fermat pakar matematika asal perancis 600 tahun kemudian (w. 1665 M), suatu teori yang berupa teka-teki matematika yang pernah dilombakan dengan hadiah ratusan juta bagi yang sanggup membuktikannya.
- Khusiyar Ibn Laban (awal abad 11 M)
Seorang ahli matematika dan astronomi asal Persia, mahaguru kalkulus dan pengilham revolusi komputansi. karya andalannya diabadikan dalam 2 jiz, yaitu Jiz al Jami’ dan Jiz al Baligh, dan yang lainnya berjudul Usul Hisab al Hind, sebuah risalah mengenai aritmetika.
Kitab ushul Hisab al Hind, merupakan karya unggulannya yang memuat deskripsi pertama tentang perhitungan model India (Indian System of Calculation) , yaitu sistem numerasi berdasarkan posisi, yang artinya bahwa nilai atau harga angka-angkanya tergantung pada tempat atau posisinya dalam suatu bilangan. Sistem inilah yang kemudian mengilhami revolusi dalam hal cara atau metode komputasi yang digunakan dikawasan timur.
- Almajriti (w. 1007 M)
Seorang saintis asal Andalusia yang paling menonjol dizamannya, yang banyak memperkenalkan pengkajian sains, terutama kimia dan matematika. Ia banyak menulis tentang aritmetika dagang dengan menerapkan komputasi, geometri dan aljabar pada masalah-masalah penjualan, hitung dagang dan perpajakan. Ia juga banyak menulis tentang pemecahan kebekuan matematika.
- Al Karaji (w.410 H/1019 M)
Pakar matematika asal Persia , ia menulis tentang teori pencabutan akar atau kalkulus mental. Karyanya banyak sekali tentang sains, diantaranya berjudul Al Badi’ fi al Hisab, dalam buku ini ia menulis secara rinci untuk pertama kalinya teori pencabutan akar kuadrat dari sebuah polinomial dengan suatu bilangan yang tidak diketahui.
Sedang dalam bukunya yang berjudul Al Kafi’ fi al hisab banyak membicarakan proses-proses kalkulus mental yang disebutnya Al Hawa’i.
- Abu Nasr Mansur (w.1039 M)
Seorang ahli matematika asal persia ang diakini sebagai salah seorang penemu hukum sinus. Ia merupakan murid adri Abu Wafa’ dan guru dari ilmuwan besar, Al Biruni.
Albiruni menyebut Abu Nash mansur sebagai penemu beberapa bukti matematika.
- Al Khazin (abad 4 H/10 M)
Seorang ahli matematika dan astronom asal Khurasan yang hidup pada abad ke 4 H/ 10 M. Ia banyak menulis matematika dan astronomi. Ia adalah orang yang menawarkan konsep ang berbeda dengan Ptolomeus tentang peredaran matahari dan bumi. Ia mengkritik ptolomeus yang dinilainya gagal mengamati beberapa perubahan diameter matahari yang tampak sepanjang tahun (on the course of the years).
- Aljayani (abad 11 M)
Seorang penulis dan ahli matematika asal Andalusia (Spanyol Islam). Ia menulis komentar penting terhadap buku Element karya Euclid dan ia juga menulis karyanya dalam trigonometri speric (sperical trigonometry).
- Al Halili (abad 8 H/ 14 M)
Seorang pakar matematika dan astronomi. Ia banyak menghasilkan karya matematika dan astronomi ang berbobot tinggi. Ia berasal dari damaskus yang hidup pada abad ke 14 Masehi. Ia menjadi masyhur karena kemampuannya dalam menentukan arah kiblat dengan menyajikan garis-garis bujur dan garis-garis lintangnya dengan bantuan perhitungan rumit matematika. Tabel-tabel kiblatnya merupakan tabel trigonometrik canggih pertama. Ia berhasil mengkonfilasi sebuah tabel kiblat yang distandarkan pada sebuah rumusan canggih dan akurat. Hal ini menggambarkan kompetensi dan ketinggian otorotas kecendikiawannya dalam aljabar fungsi dan tekhnik-tekhnik komputansi.
- Al Kalasadi (abad 9 H/ 15 M)
Seorang pakar fiqih (hukum) dan juga pakar matematika yang inovatif asal Andalusia (Spanyol Islam), pencipta notasi pecahan modern. Komentarnya terhadap Takhlis Ibn Al Banna memuat suatu rumusan tingkat tinggi untuk memperoleh akar kuadrat dengan kecermatan dan ketepatan yang nyaris sempurna.
Dalam notasi pecahan, dialah orang pertama ang menggunakan simbol-simbol seperti yang digunakan kini secara luas.
- Al Qushyi (abad 15 M)
Seorang saintis, ahli astronomi dan matematika. Ia lahir di Samarkand dan meninggal di Istambul. Ia menggantikan Qadi Zade ‘ Rumi sebagai direktur observatorium Samarkan yang didirikan oleh Ulugh Beg. Ia juga kemudian menjadi profesor dibidang sains di perguruan Aya shofia.
Dengan menukir ke masa keemasan islam pada masa yang silam, sejenak tentu kita bangga mengetahui bahwa segala macam ilmu yang ada pada kita saat sekarang ini adalah berkat jasa-jasa ilmuwan muslim dunia yang sudah hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.
Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”
Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.
701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia
721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)
740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian
780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi
Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.
776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan
787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammad (Albumasar) * Astronomi
796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi
800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik
815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra
816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)
836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi
838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika
852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur
857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran
858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika
860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil
864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia
973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat
888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu
900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi
903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi
908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur
912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia
923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi
930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia
932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran
934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)
936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran
940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri
943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika
958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah
960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan
965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika
973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra
976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran
980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi
983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)
1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.
1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika
1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair
1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair
1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran
1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran
1090-1161 – Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran
1095 – Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran
1097 – Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Ilmu Kedokteran
1099 – Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)
1110-1185 – Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran
1120 (Meninggal) – Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair
1128 – Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi
1135 – Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi
1136 – 1206 – Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik
1140 – Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika
1155 (Meningal) – Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi
1162 – Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)
1165 – Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1173 – Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1180 – Al-Samawal * Matematika
1184 – Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan
1201-1274 – Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri
1203 – Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran
1204 (Meninggal) – Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi
1213-1288 – Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi
1236 – Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)
1258 – Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika
1262 – Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi
1273-1331 – Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1360 – Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika
1320 (Meninggal) – Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika
1341 (Meninggal) – Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia
1351 – Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
1359 – Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim.
Sejarah sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.” Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar 1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa abad sejak munculnya Islam.
Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita miliki?
Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia.
